UMY Kembali Raih Medali Emas Pada Kompetisi Teknologi Inovasi di Singapura

November 21, 2019, oleh: superadmin

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali berhasil menyabet medali emas kompetisi tingkat Internasional Advance Innovation Global Competition (AIGC) yang diselenggarakan oleh American Society os Sciences and Arts Convergence (ASSAC) yang juga bekerja sama dengan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INOPA). Kompetisi tersebut digelar pada 15-17 November 2019 di Nanyang Technology University, Singapura.



Tergabung dalam team SI-TEPAT (Watering Punctually) Utilizing Automation Irrigation System dengan beranggotakan 3 orang yaitu Maki Lukmanul Hakim Agroteknologi (2016), Tri Andi Nugroho Teknik Mesin (2016) dan Irsalina Fathimah Komunikasi Penyiaran Islam (2017) membuat sebuah teknologi inovasi yang mempunyai fungsi untuk mengurangi beban kerja para petani di lahan pasir pantai yaitu menggunakan irigasi tetes yang dikombinasikan dengan digital cymer water. “Alat tersebut akan melakukan penyiraman secara otomatis berdasarkan waktu yang telat ditentukan, dan akan berhenti secara otomatis jika tanaman sudah cukup air,” ungkap Maki Lukmanul Hakim salah satu anggota team SI-TEPAT ketika ditemui Tim humas UMY Rabu (20/11).



Pada kompetisi tingkat Internasional Advance Innovation Global Competition (AIGC) ada banyak kategori yang dilombakan, beberapa kategorinya adalah Agriculture, livestock and fisheries; Biotechnology and biofuels; Culinary and food; Educational items; Engineering, construction, and infrastructure; Fashion, beauty, and personal care products; ICT, IoT, and Apps; Pharmacy, health, and medicine; Power and electricity; serta Protection of environment and green technology. “Untuk team SI-TEPAT berhasil mendapatkan medali emas pada kategori Agriculture karena dari pihak panitia berpendapat bahwa teknologi inovasi yang diciptakan dapat memberikan manfaat yang besar bagi petani di pesisir pantai. Di samping itu teknologi inovasi yang kami ciptakan juga dapat diaplikasikan di dunia nyata,” imbuh Maki.



“Namun kami menyadari bahwa SI-TEPAT memang masih mempunyai kekurangan, kedepannya kami akan menambahkan sistem Internet of Thing (IoT) agar nantinya penerapan teknologi yang kami ciptakan dapat dipantau melalui aplikasi handphone,“ sambung Maki lagi. Tri juga menambahkan bahwa penghargaan yang didapatkan dari sebuah kompetisi itu tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur berhasilnya dari SI-TEPAT. “Karena keberhasilan yang sesungguhnya itu ketika teknologi inovasi yang kita ciptakan bisa diterapkan di masyarakat pesisir pantai. Harapannya kedepan kami akan menerapkan SI-TEPAT ini di masyarakat sebagai bentuk pengabdian kami kepada masyarakat,“ tutupnya.